JK.
Bulukumba - Kampus
punya tugas besar untuk mendidik, meneliti, serta mengabdi kepada masyarakat.
Sayangnya, tiga tugas besar yang biasa dijuluki sebagai Tridharma Perguruan
Tinggi ini kerap terbengkelai karena kampus disibukkan urusan administrasi.
Hal ini diungkapkan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Bulukumba Drs. Jumase
Basra, M.Si. Jumase menuturkan setidaknya ada empat persoalan administrasi yang
kerap dihadapi kampus.
Mulai
dari input data secara manual yang rawan salah dan duplikat karena kesalahan
manusia, banyaknya aplikasi, rumitnya alur administrasi, hingga sulitnya
mengolah data.
“Padahal, era digital menunut perguruan tinggi untuk mampu beradaptasi dengan
pesatnya perkembangan teknologi. Kami ingin mendapatkan solusi dari
permasalahan ini, sehingga kedepan Universitas Muhammadiyah Bulukumba dan
kampus di seluruh indonesia jadi salah satu perguruan tinggi yang aman datanya,
dan bisa berfokus dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi,” ungkap Jumase
dalam Seminar Hybrid di Universitas Muhammadiyah Bulukumba bersama Komunitas
SEVIMA pada Kamis (03/11) siang.
Seminar
dihadiri ratusan dosen dan mahasiswa di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi
Selatan.
Rektor Universitas Muhammadiyah Bulukumba Jumase Basra, didampingi oleh
Pengembang Aplikasi SEVIMA Dicky Pradana, kemudian berbagi tips untuk
memecahkan urusan administrasi kampus di seminar tersebut. Berikut empat tips diantaranya:
1) Integrasikan Sistem
Teknologi
membuat banyak hal dapat dikerjakan secara sekaligus. Jumase melihat melalui
sistem akademik yang terintegrasi, banyaknya urusan administrasi dapat
terpecahkan.
Oleh karena itu sebagai tips pertama, Jumase mengajak kampus perlu menggunakan
sistem akademik terintegrasi. Satu aplikasi yang ketika datanya diketik ke
dalam sistem, dapat digunakan untuk kebutuhan administrasi keuangan,
akreditasi, hingga kelulusan mahasiswa. Satu kali klik untuk semua kebutuhan.
“Karena ketika sistem akademik tidak saling terintegrasi, justru akan menghambat pengelolaan perguruan tinggi!,” ungkap Jumase.
2) Kembangkan Aplikasi secara Berkelanjutan
Kerap
kali aplikasi dibuat dengan meriah di awal. Namun selanjutnya tidak dirawat,
diperbaiki, dan dikembangkan. Dicky Pradana menyebutkan tak sedikit kampus yang
terjebak pada kondisi ini.
Belajar dari hal tersebut, SEVIMA mengembangkan aplikasi yang berkelanjutan
seperti siAkadCloud dan Gofeeder. Sejak 2017 terciptanya, SEVIMA siAkadCloud
sudah memfasilitasi 700 perguruan tinggi dan 2,5 juta dosen mahasiswa yang
merasakan manfaat.
Setiap
bulan aplikasi SEVIMA juga diperbarui (update) untuk memenuhi kebutuhan terbaru
dari kampus.
“SEVIMA memiliki aplikasi berlangganan tiap bulan maupun yang gratis bisa
didownload dan diinstall di server sendiri. Aplikasi tersebut secara rutin
diupdate. Komunitas SEVIMA yang tersebar di seluruh Indonesia juga saling
menyumbang saran, masukan, serta solusi atas fitur baru selanjutnya,” ungkap
Dicky.
3) Miliki Blueprint Pengembangan
Selain
aplikasi yang berkelanjutan, Dicky mengungkapkan bahwa aktivitas di kampus juga
perlu berkelanjutan. Misalnya jika ada target pada tahun 2023 nanti apa yang
akan dilakukan dicapai, di tahun 2024 pencapaian yang sudah ada perlu
dilanjutkan dan lebih baik lagi.
Oleh karena itu, kampus perlu memiliki blueprint pengembangan. Misalnya tentang
data, setelah data dikumpulkan lengkap (100%), maka berikutnya data juga harus
dipastikan valid. Karena data yang valid akan membuat kampus memperoleh
akreditasi yang terbaik.
"Selama ini berdiskusi dengan banyak kampus di Jawa, luar pulau Jawa,
kampus swasta, kampus negeri, hingga kampus keagaman kesimpulannya
ekspektasinya sama yakni bisa terakreditasi A atau unggul. Karena mau tidak mau
akreditasi ini jadi sebuah branding yang sangat penting. Ini memerlukan
blueprint, pengembangan jangka panjang, agar pelaporan 100%, valid, dan sesuai
di lapangan. Jangan sampai ketika asesor (penilai) menilai, baru repot
memperbaiki data,” kata Dicky.
4) Gotong Royong dan Dukungan Pimpinan
Seluruh
tips di atas, lanjut Dicky, tidak bisa terlaksana jika pucuk pimpinan kampus
belum memberikan dukungan. Karena beragam permasalahan nantinya dapat muncul
saat perubahan dilakukan.
Mulai dari keterbatasan sumber daya manusia, kebiasaan dosen dan mahasiswa yang
masih terbiasa melakukan administrasi secara manual, hingga ego sektoral dimana
antar bagian kampus belum mau bekerjasama.
Oleh karenanya, kebijakan strategis dari pimpinan serta komitmen dari seluruh
civitas akademika sangat diperlukan.
“Sistem akademik bukan hanya soal teknologi,
tapi juga soal habit. Pengalaman Komunitas SEVIMA di seluruh Indonesia, perlu
ada pionir penggerak perubahan di kampus. Selain itu, juga perlu komitmen dari
semua civitas akademika untuk melakukan perubahan ke arah digital. Mengelola
data secara gotong royong sebagai satu kesatuan kampus, untuk mencapai mimpi
besar kita bersama dalam Revolutionize Education (memajukan pendidikan),”
pungkas Dicky. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar